Belajar dari Kuala Lumpur

Semua kita punya, sayang tidak terkelola dengan baik. Kenyamanan transportasi jadi kendala utama...

Penghambaan dan Megalitikum

Hatiku tergetar setiap kali mengenang Sumba Barat, kabupaten di NTT yang kaya budaya dan masih kuat mempertahankan adat...

Dari Karimun Jawa sampai Lawang Sewu

Berenang dengan ikan hiu? Karimun Jawa tempatnya. Datangi juga Lawang Sewu, gedung tua yang terbengkalai, tapi jadi tempat eksperimen foto yang menakjubkan...

Berpetualang di Tanjung Puting

Bisa menyusuri sungai, melihat buaya, kera ekor panjang, kunang-kunang dan tingkah polah orang utan, rasanya memang layak diperjuangkan...

Belajar dari Malaysia


Sepuluh hari di Malaysia, kami habiskan uang sebesar Rp4 juta termasuk tiket pulang pergi untuk dua orang, tapi tidak termasuk biaya penginapan dan oleh-oleh.

APA yang dimiliki negeri tetangga, Malaysia, kita juga punya. Tapi belakangan kita terlalu terpuruk dengan polah korupsi dan hingar-bingar partai yang berebut kursi dan kekuasaan. Lupa membenahi hal-hal lain yang akan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat, semisal lewat hal sederhana tapi multipenanganan, pariwisata.
Dan inilah kisah dan pelajaran dari perjalanan wisata selama 10 hari menjelajah Kuala Lumpur, Ibukota Negara Malaysia.

Anak-anak (Kinara,8 dan Faik, 5) tidak mengenal capai menjelajah Kuala Lumpur, meski sebagian besar harus dilakukan dengan jalan kaki berkilo-kilo meter.
Tidak mengeluh saat harus berjalan selama kurang lebih satu jam menuju Menara Kembar. Tidak mengeluh meski setiap kali akan berpindah objek wisata, mereka harus mengayunkan kaki menuju stasiun monorail atau pun subway. Intinya tetap ceria sambil menggendong tas ransel sendiri yang berisi makanan kecil dan botol minuman.
Dan saat anggaran mulai menipis, mereka tidak protes meski hanya diajak ke toko buku, menuju rak buku anak, duduk dan asyik membaca atau sekadar melihat gampar. Ritual ke toko buku yang memang nyaman karena menyediakan tempat membaca bagi anak-anak ini, sampai dilakukan lebih dari 3 kali.



Saat berjalan kaki, terkadang mereka berhenti berjalan, duduk sejenak, bercanda, atau terkagum-kagum melihat orang bisa berbicara Bahasa Melayu, Inggris dan China. Sesekali dengan penuh semangat dua 'kurcaci' itu sibuk berfoto ria atau justru menolak mentah-mentah difoto, karena obsesi kami para orang tuanya...:D


Kuala Lumpur jadi pilihan  tujuan wisata, karena kebetulan saat itu dapat pengnapan gratis dari adik ipar. Maka, langkah selanjutnya minta tolong mencari tiket murah. Dan horee, kami dapat tiket KLM dengan harga promosi Rp1.100.000 pulang pergi. Pilihan jatuh ke KLM, karena kami akan mendarat dibangunan bandara baru Kuala Lumpur International Airport (KLIA), bukan bandara lama seperti jika menggunakan salah satu maskapai penerbangan terkenal yang memberlakukan tiket murah. Hal kecil, tapi harus diperhitungkan karena membawa anak-anak dan neneknya yang sudah berusia lebih dari 70 tahun.

Karena koper bawaan luar biasa banyak, dari KLIA kami menyewa satu mobil van seharga kurang lebih Rp300 ribu untuk perjalanan ke Apartemen Sri Jati di Jalan Jati, Kuala Lumpur. Kami beruntung mendapat penginapan gratis di tengah kota. Keesokan hari, kami mulai berpetualang menjelajah kota, mulai dari Menara Kembar Petronas, Petrosains, Bukit Bintang, Pecinan, Batu Cave, istana, dll.


Menara Kembar Petronas
Ini salah satu objek wisata wajib kunjung, lebih karena sudah menjadi ikon Malaysia. Gedung tinggi dengan dua menara tempat turis berfoto ria. Menara kembar yang terletak di Kuala Lumpur City Center ini berfungsi sebagai perkantoran dan mal. Kedua gedung ini memiliki 88 lantai.Perjalanan ke puncak Menara Kembar jadi atraksi tersendiri. Pemandu akan menjelaskan sedikit sejarah, dan menginformasikan bahwa untuk perjalanan naik, setiap satu lantai dibutuhkan waktu satu detik dengan lift.
Ada dua pilihan tiket bagi wisatawan. Pertama naik hingga bagian tengah (lt 42) yang memiliki jembatan penghubung, atau naik sampai tingkat teratas. Harga tiketnya adalah  12 RM sampai di tengah gedung (lt 42) dan 30 RM untuk sampai ke tingkat atas. Jika Anda tertarik, antrelah tiket dari pagi sekitar pukul 7. Setiap hari dibatasi penjualan tiket untuk 1.600 orang. Kalau tidak kebagian tiket untuk hari saat Anda mengantre, bisa langsung membeli untuk keesokan harinya.
Datanglah sekitar 10 menit sebelum waktu naik lift ditetapkan. Sebab, sebelumnya Anda akan diajak mendengarkan penjelasan lewat perangkat audio visual.

Petrosains 

Sebelum berangkat ke Kuala Lumpur, seorang teman berpesan, "ajak anak anak ke Petrosains." Pesan itu ternyata sangat manjur. Anak-anak sampai minta datang lagi ke Petrosains, museum science dan teknologi  yang terletak di lantai 6 KLCC.
Tiket masuk Petrosain 4 RM (anak-anak) dan 12 RM (dewasa). Di awal perjalanan, kita diajak naik semacam kereta melewati lorong dengan berbagai penjelasan dari zaman ke zaman. Di antaranya tentang Petronas yang disebut sebagai khazanah masa depan bangsa...(glek kita juga punya Pertamina bukan?)
 Di dalam museum, banyak pengetahuan yang disajikan dalam bentuk permainan. Mulai dari gravitasi, mengukur kecepatan, konsentrasi, perut bumi, zaman batu, hingga simulasi helikopter yang membuat faik ketagihan.
Perjalanan mengelilingi Petronas setidaknya membutuhkan waktu 3-4 jam. Dan itu dilakukan dengan berkeliling - jalan kaki. Toh anak-anak tidak mengeluh sedikit pun.Tapi kali kedua saya mengantar ke Petrosains, pulangnya langsung demam, capaiii...:D



Keluar dari Perosains, perjalanan dilanjutkan mengelilingi mal, sebelum akhirnya kembali ke apartemen. Museum milik Petronas ini memang dibangun di dalam mal. Lokasi, tiket, dan penyajian yang atraktif dan interakif, membuat museum science dan teknologi ini tak pernah sepi.







KL Bird Park


Di tempat ini, anak-anak juga luar biasa senang. Ada ribuan spesies burung yang bisa dilihat. Sebagian berkeliaran dengan bebas, dan pengunjung bisa memberi makan langsung. Tentu makanannya sudah ditentukan, bisa dibeli di mesin yang sudah disediakan.
KL Bird Park terletak sekitar 10-15 menit perjalanan dari jantung kota Kuala Lumpur. Tiket masuknya 45 RM. Di sini anak-anak bisa betah berjam-jam berkeliling taman. Ada juga beberapa atraksi dan juga sesi foto bersama burung-burung dengan membayar sekitar 10 RM. Sayang, karena dikejar waktu, kami hanya bisa menjelajah separuh dari lahan KL Bird Park. Mobil sewaan menunggu di luar, dan kami berencana mendatangi beberapa tempat lagi.


Batu Cave



Batu Cave terletak Negara bagian Selangor atau sekitar 15 km dari Kuala Lumpur. Batu Cave merupakan tempat ibadah umat Hindu, dan letaknya di pebukitan kapur. Di areal ini ada patung Dewa Murugan setinggi 42,7 meter. Selain itu ada 272 anak angga untuk bisa mencapai puncak bukit yang memiliki tiga gua peribadatan.
Dilatari pebukitan kapur, Batu Cave tampak elok dengan warna-warni tangga, dan patung keemasan Dewa Murugan. Di sepanjang tangga, banyak terdapat kera/monyet-monyet yang cukup jinak.Banyak juga penual cindera mata.
Melihat anak tangga yang begitu tinggi, kami para orang tua langsung menyerah. Tapi anak-anak tidak. Mereka merengek naik.Giliran adik ipar saya yang menemani menapaki tangga demi tangga. Dan setelah itu, tiga hari betis dan pahanya serasa kram.


Butik Cokelat


Berly's adalah salah satu butik cokelat yang kami kunjungi. Dalam hal ini harus diakui, Malaysia berhasil menghidupkan produksi cokelat hingga menjadi salah satu oleh-oleh khas Malaysia. Di setiap butik ditawarkan aneka rasa cokelat dengan harga yang tidak murah. Paling terkenal di Malaysia adalah cokelat rasa tiramisu.






Objek Wisata lain
Pecinan, Nasional Palace (Istana), Masjid Nasional, Kuil Budha, Bukit Bintang, dan beberapa tempat lain juga kami kunjungi. Ada yang didatangi menggunakan mobil sewaan, tapi lebih banyak menggunakan monorail dan Subway.

Cindera mata
 Mudahnya mendapat dan membeli cindera mata khas Kuala Lumpur atau kisaran besarnya Malaysia, sungguh membuat saya iri. Kemana pun wisatawan pergi, selalu ada penjual cindera mata. Harganya bervariasi tergantung kualitas. Ada kaos, gantungan kunci, tempat kartu nama, hiasan gelas, selendang dll. rata-rata bergambar Menara Kembar Petronas atau pun bunga khas Malaysia.
Percaya atau tidak, jika Anda pandai menawar, masih bisa mendapat kaos dengan harga sekitar Rp20 ribu. Saat kami hendak kembali ke Jakarta, sopir mobil sewaan yang kami tumpangi mengatakan, banyak orang Malaysia senang ke Jakarta dan Bandung untuk membeli segala produk tekstil. "Kami beli di Indonesia, dan kalian beli lagi barang dari negeri sendiri," katanya ketika itu. (tepok jidat)


Kuliner
Berbicara tentang kuliner, kami juga punya pengalaman sendiri. Saat berangkat, seorang penumpang mengajak bicara salah satu anggota rombongan kami. Dia bercerita baru dari Jakarta untuk berwisata kuliner. "Terus terang, makanan di Kuala Lumpur tidak seenak di Jakarta dan Bandung," katanya.
Dan saya membuktikan hal itu. Sulit sekali mencari makanan yang cocok di lidah. Soal harga -- sebagai perkiraan, saat Anda ke food court, maka satu orang setidaknya akan menghabiskan sekitar 10 RM atau sekitar Rp35 ribu sekali makan.


Trasnportasi
Ini salah satu bagian yang membuat saya miris. Meski objek wisata di Indonesia sangat sangat tidak kalah dengan Malaysia, tapi kalau bicara transportasi saya hanya bisa mengurut dada. Di waktu sore, Kuala Lumpur juga mengalami kemacetan, hanya saja tidak separah Jakarta.
Sebagian besar penduduk KL lebih senang menggunakan kendaraan umum, mulai dari bus, monorail, hingga subway. Kendaraan pribadi bisa dikatakan pilihan terakhir bagi sebagian besar orang.
Hanya satu yang membuat saya terhibur, Indonesia memiliki taksi yang lebih baik. Setidaknya beberapa nama taksi memberi kenyamanan lewat pelayanan dan argo. Di Malaysia, rata-rata taksi tidak mau memasang argo untuk jarak dekat. Tidak peduli taksi yang kita stop di jalanan, atau pun yang mangkal di depan hotel berbintang.

Begitulah sekelumit kisah 10 hari di Kuala Lumpur....

2 Responses so far.

  1. Mr Azim says:

    Penulisan yang baik..saya dari Malaysia sendiri pun belum sempat ke Bird Park dan naik ke tingkat atas KLCC..hehe..:-P

  2. cikgufizi says:

    ternyata andatidak prejudis pada malaysia....saya suka membaca tulisan anda.....saya sendiri pernah ke indonesia....saya suka makanan disana dan keramahan masyarakat.....

Leave a Reply