Belajar dari Kuala Lumpur

Semua kita punya, sayang tidak terkelola dengan baik. Kenyamanan transportasi jadi kendala utama...

Penghambaan dan Megalitikum

Hatiku tergetar setiap kali mengenang Sumba Barat, kabupaten di NTT yang kaya budaya dan masih kuat mempertahankan adat...

Dari Karimun Jawa sampai Lawang Sewu

Berenang dengan ikan hiu? Karimun Jawa tempatnya. Datangi juga Lawang Sewu, gedung tua yang terbengkalai, tapi jadi tempat eksperimen foto yang menakjubkan...

Berpetualang di Tanjung Puting

Bisa menyusuri sungai, melihat buaya, kera ekor panjang, kunang-kunang dan tingkah polah orang utan, rasanya memang layak diperjuangkan...

Archive for April 2011

Sepanjang Jakarta-Amsterdam-Paris

Kincir angin dalam perjalanan Thailys Train Amsterdam-Paris/Foto-foto by Lintang







BERWISATA ke Paris lewat Amsterdam. Amboiii...14 jam dilalui dalam pesawat, satu jam transit di Dubai. Setiba di Scipool, bandar udara Amsterdam, perjalanan dilanjutkan  menggunakan Thalys Train ke Paris.

Enam jam perjalanan di dalam kereta yang dilengkapi free wifi tidak begitu terasa. Di beberapa tempat kereta berhenti, mengangkut dan menurunkan penumpang, termasuk di Belgia, negara keempat yang masuk dalam daftar perjalanan kami Jakarta-Paris.

Setiba di Paris, kami habiskan sore di sepanjang Sungai Seine. Keesokan harinya, perjalanan melelahkan tapi menyenangkan pun dimulai, bersama rombongan Garuda Indonesia yang akan melakukan penjemputan pesawat baru model Airbus A330-200.

  
 Menara Eiffel


Di kaki Eiffel

Di siang hari, Paris lumayan riuh. Utamanya di objek-objek wisata yang menjadi daftar wajib kunjung wisatawan, seperti Menara Eiffel dan Museum Lovre tempat lukisan terkenal karya Leonardo Da vinci, Senyum Monalisa bersemayam.

Menara Eiffel riuh rendah. Ratusan orang berdesakan, saling foto, menonton pertunjukan breakdance, mencoba menawar suvenir, sampai antrean mengular untuk menaiki menara. Wisatawan hanya diperkenankan naik di dua lantai Eiffel. Kemiringan bangunan yang kian doyong jadi pertimbangan utama. Setelah melewati sekitar 10 menit, akhirnya, tiba juga giliran menjejali lift menuju lantai satu dan dua.

Paris dari atas Menara Eiffel

Dari atas Eiffel,. hamparan Paris terlihat jelas. Bangunan, bangunan tinggi, bersanding dengan Sugai Seine, jembatan cantik dan deretan cruise berjajar rapi.
Sayang, pemandu wisata kami, Denise Pecastain, hanya memberi waktu duapuluh menit. Jadi, kami harus segera turun. Di halaman Eiffel beberapa anggota rombongan masih sempat menawar gantungan kunci berbentuk menara Eifel. Dari satu euro untuk satu gantungan kunci, menjadi 7 gantungan seharga satu euro. Salim, salah satu penjual imigran cukup lancar menyebutkan angka 1-7, kata murah, dan terimakasih.



                                                                            Notre Dame 


Notre Dame
Berpose di gembok cinta
Sungai samping Notre Dame


Perjalanan dilanjutkan ke Notre dame, gereja dengan bangunan sangat indah. Lagi-lagi hanya 20 menit untuk menelusuri tempat seluas itu. Sebelum pintu masuk Notre Dame, terdapat sebuah jembatan berpagar besi yang dipenuhi kunci gembok.
 Menurut Dennise, gembok itu perlambang kekuatan cinta dan persatuan sepasang muda-mudi. Jadi, setiap pasangan bisa mengikuti tradisi memasang satu gembok bertuliskan nama mereka. Romantiss nian ide orang-orang Prancis. :D


          
                                                                         Museum Louvre 



Kubah Lovre

Dari Notre Dame perjalanan berlanjut ke Museum Louvre. Bangunannya indah, bangunan tua bersanding dengan bangunan modern berbentuk kubah. Di tempat ini ribuan wisatawan berkeliaran. Luar biasa padat, apalagi di bagian dalam. Saking padatnya, untuk ke kamar kecil -- utamanya perempuan -- harus mengantre lebih dari 10 menit. 

 Di Louvre, lagi-lagi Denisse hanya memberi waktu sangat sedikit. Seorang teman mengeluh karena rencana membeli duplikat lukisan Senyum Monalisa tak bisa terwujud.


Halaman depam Museum Louvre

Datang bersama rombongan tur, benar-benar tidak memungkinkan mengeksplore satu tempat sampai tuntas. Semuanya serba tergesa-gesa karena acara dipadatkan supaya bisa mendatangi banyak tempat...fuiiih...
 Jadi, rencana untuk menelusuri jejak cerita dalam novel populer Da Vinci Code pun gagal. Rencana menikmati banyak hal gagal dwujudkan. Dan sore ketika harus kembali ke hotel, kepadatan Paris masih juga terasa. Jalanan macet, meski tidak separah Jakarta...:D

Satu Kisah di Pabrik Airbus

Pembuatan Airbus A380, generasi baru yang akan diluncurkan 2012/foto-foto by Lintang


Terobosan Airbus dengan dikomandoi dua pilot

INILAH gedung paling besar di Eropa! Klaim itu diucapkan Stefani, Public Relation perusahaan pesawat Airbus, satu dari dua perusahaan pesawat komersial besar yang diperhitungkan di dunia, selain Boeing.

Pabrik Arbus terletak di Toulouse, sebuah kota kecil di selatan Prancis. Udara di daerah yang sering disebut sebagai kota pelajar ini jauh lebih hangat dibanding Paris, ibukota Prancis. Buat saya, Toulouse yang sering juga disebut Kota Pink (banyak bangunan sengaja dipertahankan menggunakan batu bata telanjang), jauh terasa lebih nyaman dibanding Paris. Barangkali perbandingannya seperti Jakarta dan Jogja.

Kembali ke Sepenggal Kisah di Pabrik Airbus, sungguh menyenangkan bisa mendapat kesempatan melakukan touring di pabrik pesawat komersial besar ini. Kesempatan datang saat mengikuti acara pengambilan pesawat baru A330-200 milik Garuda dari Toulouse menuju Jakarta.
Di hanggar pabrik, potongan pesawat berbadan besar tampak diselimuti lintasan-lintasan besi dan peralatan. Suasana pabrik sangat tenang, masing-masing karyawan bekerja di bagian tubuh pesawat, sesuai keahlian masing-masing.

Salah satu kegiatan perakitan
 Pemandu yang menggantikan Stefani selama di dalam pabrik, menjelaskan potongan-potongan badan, sayap, bagian depan, dan belakang pesawat dibuat di pabrik Airbus di negara-negara berbeda. Bagian sayap misalnya, dibuat di Inggris. Potongan-potongan tersebut kemudian dibawa lewat jalur sungai, dan dirakit di Toulouse.


Setelah selesai perakitan, dilakuklan ujicoba penerbangan ke Hamburg, tempat finishing kokpit dan interiror pesawat. Tentu yang satu ini dilakukan sesuai permintaan pelanggan. Setelah itu, ada yang sebagian dibawa kembali ke Toulouse, ada juga yang diambil konsumen di Hamburg.


Lalu pada kesempatan berbeda, pihak Airbus menjelaskan sejarah perkembangan jenis pesawat berbadan besar yang jadi cikal bakal pesawat Airbus jenis family, termasuk A330-200 yang baru saja dibawa ke Tanah Air oleh Garuda Indonesia Airways, Sabtu (16/5).

Dan amboi, pihak Airbus mengakui perkembangan pesawat berbadan besar dengan dua kokpit, tidak terlepas dari peran Garuda Indonesia Airways. Loh...loh...bagaimana kisahnya?

Pada 1979, Garuda Indonesia memesan sembilan  peawat Airbus A300-B4, pesawat bermesin ganda dan berbadan lebar pertama di dunia. Namun, Garuda memberi persyaratan akan membeli pesawat tersebut, jika Airbus melakukan perombakan pada kokpit. Tuntutannya, ialah menjadikan ruang kokpit menghadap ke depan dengan hanya dikomandoi dua pilot, tanpa teknisi penerbangan tambahan.

Syarat itu membuat pihak Airbus melakukan kajian khusus. Maklum, ketika itu, pesawat berbadan besar pertama di dunia itu masih dikomandoi lebih dari dua pilot. Itu pun masih harus dilengkapi dengan teknisi tambahan.

Syarat yang diajukan tidak sia-sia. Pihak Airbus akhirnya menyatakan sanggup. dan pada 1982, Garuda Indonesia menjadi pembeli pertama pesawat berbadan besar A300 dengan hanya dikomandoi dua pilot dan rancanangan kokpit menghadap ke depan.

Kini, hampir seluruh maskapai penerbangan di dunia menggunakan pesawat berbadan besar jenis A300 dengan model kokpit yang dkomandoi dua pilot. Rancangan ini menjadi terobosan menuju penghematan, diiringi kemajuan kecanggihan teknologi yang digunakan Airbus. ***

Dua Jam di Sungai Seine


Dinner Cruise on the Seine River/Foto Foto by Lintang








Menara Eiffel dalam siraman cahaya


DUA jam di Sungai Seine, Paris, menambah pengertian, mengapa orang Prancis dikenal romantis.
Di malam hari, Paris selalu bermandikan cahaya. Kilau Menara Eifel menjulang menggapai langit. Pendar lampu menyirami bangunan-bangunan tua yang memancarkan misteri dan keromantisan.

Nah, dengan siraman cahaya seperti itu, bagaimana setiap pasangan bisa mengelak dari sebuah suasana romantis? Setidaknya, dua jam menikmati santap malam di atas cruise yang berlayar di Sungai Seine memberi pemahaman itu.




Notre Dame, indah di senja hari

Sepanjang pelayaran, beberapa bangunan bersejarah membuat terpana. Kemisteriusan Gereja Notre Dame yang tersohor, Museum Lovre, Palaisse deChaillot, jembatan bertabur pendar cahaya lampu, dan tentu saja Eifel yang berdiri terang benderang.



Dinner Cruise on the Seine River  menjadi salah satu lagu wajib bagi para wisatawan berkantong cukup tebal. Termurah, dua jam pelayaran dikenai biaya 150 euro atau sekitar Rp1.750 ribu.

Dengan cruise tersebut, wisatawan sekitar tigakali diajak menyusuri dan memutari Sungai Seine, sebelum akhirnya kembali ke dermaga dengan latar kilau luar biasa ratusan lampu di Menara Eifel.


Selama dua jam santap malam di Sungai Seine gema tawa dari para pencinta dinner romantis terus menggema. Kian kencang seiring kucuran sampanye dan wine. Semua terlihat menikmati, diiringi alunan musik dan sraman cahaya.
Makanan penutup



Nkmati, nikmati. Rasanya gema perintah seperti itu melingkupi semua orang. Bercerita, tertawa dan berfoto tiada henti, meski buat saya, kecocokan makanan sedikit mengganggu.
Tapi setidaknya, makanan penutup di Kota Napoleon Bonaparte ini bisa selalu membuat saya tersenyum karena lezaaat . ***

Tahun Ini Garuda Buka Tiga Rute Internasional


Kru Garuda Indonesia berpose di depan pesawat baru A330-200 di Toulouse, Paris.    





 SAATNYA bangga dengan maskapai penerbangan negeri sendiri. Kiprah Garuda Indonesia Airways (GIA) mulai mengancam pasar penerbangan global. Perlahan, Garuda mulai menggerogoti pangsa pasar maskapai penerbangan asing yang bergerak di kelas yang sama, menengah atas.
Tahun ini, Garuda akan membuka tiga rute internasional baru ke Manila, taipei, dan salah satu kota di India. Selain rute, layanan jelas jadi andalan utama. Coba rasakan terbang jarak pendek, menengah, dan jauh dengan Garuda. Kemudian bandingkan dengan layanan maskapai penerbangan asing lainnya,
 dipastikan Anda tidak akan kecewa.
Setidaknya, komentar seperti itu muncul dari beberapa owner agen-agen perjalanan besar seperti Anta, Shila, dan Panorama Tour. Pramugarinya cantik-cantik pula…hmmm…itu kata mereka saat membandingkan tampilan pramugari dari beberapa maskapai asing lain.

Apa saja sih bentuk layanan peningkatan GIA? Teranyar, manajemen Garuda baru saja menambah jumlah armada. Bulan April ini, Garuda mendatangkan dua pesawat baru, satu pesawat berbadan besar jenis Airbus 330-200 dan satu lagi jenis Boeng 737-800.
Kedatangan dua pesawat baru tersebut bakan berimplikasi pada penambahan frekuensi penerbangan dalam dan luar negeri.  A330-200, akan digunakan untuk memperkuat rute menengah  seperti ke Australia, Seoul, Hong Kong, China dan Jepang. 
Frekuensi penerbangan ke negara-negara itu akan segera ditambah, kurang lebih dalam waktu dua bulan ke depan,” ujar Direktur Marketing dan Sales Garuda Indonesia Arif Wibowo ketika berbincang di Toulouse, Prancis, saat penjemputan A330-200.
Kedatangan A330-200 Sabtu (16/5) merupakan pesawat kedua dari 11 pesawat baru yang direncanakanGaruda tahun 2011 ini. Sebelumnya, Januari lalu GIA telah mendatangkan pesawat jenis B737-800 NG.
Pada 2009, Garuda Indonesia telah mendatangkan 6 pesawat, yaitu 3 A330-200 dan 3 B737-800 NG. Pada 2010 Garuda mendatangkan sebanyak 24 pesawat baru, terdiri dari 23 B737-800 NG dan satu A330-200. Melalui Program Quantum Leap, hingga tahun 2015 di rencanakan Garuda Indonesia akan memiliki sebanyak 153 pesawat yang terdiri dari B737-800NG, A330-200, dan B777-300ER .
Peningkatan jumlah armada akan diiringi dengan penambahan rute dan peningkatan frekuensi penerbangan, dari sekitar 1.700 frekuensi penerbangan per minggu pada tahun 2009  akan menjadi lebih dari 3.000 penerbangan per minggu di tahun 2014.  Jumlah produksi (ASK) ditingkatkan dari 20.228 di tahun 2009 menjadi 64.638 di tahun 2014, atau naik 320%. Jumlah penumpang juga ditargetkan akan meningkat dari sekitar 10 juta penumpang (2009) menjadi 27 juta penumpang di tahun 2014.
Kehadiran A330-200 bulan ini akan digunakan untuk memperkuat atau memperbanyak rute ke Australia, Hong Kong, Korea dan Jepang. Selain itu, beberapa frekuensi rute dalam negeri juga akan ditambah.
Di antaranya  Jakarta-Palembang dari 8 menjadi 9 kali penerbangan dalam satu hari. Batam dari  3 menjadi 4 penerbangan dalam satu hari, Padang dari 3 menjadi 4 penerbangan dalam sehari, dan Surabaya dari 15 menjadi 16 penerbangan dalam satu hari.
Balikpapan dari 7 menjadi 8 penerbangan sehari, Jogjakarta-Denpasar dari 2 menjadi 3 penerbangan sehari, dan Surabaya-Denpasar dari 3 menjadi 4 penerbangan sehari.
Selain penambahan frekuensi, tahun ini Garuda juga berencana membuka beberapa rute baru internasioanal dan domestik. Di rute internasional  ke Manila, Taipei dan India menjadi target sasaran. Sedangkan domestic,  akan dibuka rute penerbangan Balikpapan – Surabaya, Balikpapan – Jogjakarta, dan Balikpapan – Makassar. ***

Ada Kebun Binatang dan FO di Ceger

 CEGER? dimana sih Ceger? Itu kalimat pertama yang dilontarkan banyak orang. Padahal bagi yang tinggal di Jakarta, Ceger itu dekat-dekat saja. Arah Taman Mini Indonesia Indah, kemudian melewati Kampung Artis, sampai deh di Ceger.

Lalu, apa yang bisa dilihat di daerah ini? Nah, pertengahan Maret lalu (2011), dibuka objek wisata baru, taman dan kebun binatang mini Indraloka. Pertanyaan selanjutnya, apakah selengkap Kebun Binatang Ragunan? Jawabnya jelas tidak.


Namun, Taman Indraloka menarik dikunjungi. Merupakan perpaduan antara wisata belanja, kuliner, taman bermain anak, dan kebun binatang mini. Jumlah hewan yang bisa dilihat cukup banyak, mulai dari aneka burung sampai kanguru. Semua hewan di Indraloka merupakan binatang peliharaan Hendro priyono, Jenderal yang mantan Kepala badan intelejen Negara ( BIN) itu.




Indraloka menempati tanah seluas ,5 hektare. Awalnya merupakan tanah pribadi, kemudian pertengahan Maret lalu, resmi dijadikan objek wisata. Harga tiketnya sangat terjangkau, Rp5.000/orang. Masyarakat yang datang bebas mengelilingi Taman indraoka untuk melihat koleksi binatang yang ada di tempat tersebut.

Jika ingin berbelanja, berdiri factory outlet (FO) milik raja FO Bandung perry Tristianto yang memajang koleksi cukup lengkap.

Mencari Bali di Bumi Parahiyangan




BANDUNG lagi, Bandung lagi! Nyatanya Kota Kembang memang jadi pusat kreativitas. Berlibur ke Bumi Parahiyangan tetap jadi pilihan warga Jakarta dan sekitarnya. Objek wisatanya beragam, mulai dari wisata keluarga, kuliner, alam, sampai shopping.

Jika Anda ke Bandung, ada satu lagi tempat yang patut dikunjungi. Bali Heaven yang terletak di perempatan Jalan Pasir Kaliki menjanjikan suasana berbeda. Pemiliknya Perry Tristianto mengusung Bali ke Bumi Parahiyangan.


Di tempat ini, wisatawan Nusantara mau pun lokal yang rindu suasana Bali bisa terpuaskan. Di lahan yang sangat luas, Perry mengusung budaya, kuliner, hingga berbagai kerajinan dan oleh-oleh khas Bali. Melengkapi semua itu, dibuka Factory Outlet Bali heaven yang menawarkan beragam kebutuhan pria, wanita, anak-anak.